January 17, 2012

Ide Macet?

Sebagai penulis yang baru belajar, saya sering sekali bingung untuk memulai tulisan yang akan saya buat.  Judul sudah ada, draft outline juga sudah dibuat.  Pertama menulis biasanya lumayan lancar. Dan dengan pedenya saya mulai menuliskaan huruf demi huruf agar membentuk kata dan kalimat yang baik dan sesuai kaidah tentunya.  Alinia pertama tulisan itu masih terus mengalir, jari-jari saya masih sibuk lompat dari satu tuts ke tuts lainnya.  Wuah senangnya kalau sudah begini, terbayang akan jadi sebuah cerita yang keren nantinya. 

Alinia kedua masih berlanjut hingga akhirnya satu halaman sudah selesai.  Makin senang rasa hati tentunya.  Tangan ini semakin lincah menekan tuts huruf yang ada.  Tapi....ketika mulai halaman kedua ini jari-jari saya sering berhenti.  Malah cendrung diam dan beralih ke memegang kepala.  Hehe tandanya ide tulisan lagi tidak mau muncul dari kepala.  Hah..!  Mengapa ide itu tiba-tiba menguap begitu saja dari otak ya?  Saya kembali membaca outline dan mencoba melebarkan cerita.  Tapi tangan ini tetap tak mau bergerak cepat.  jari-jari saya jadi tertatih-tatih bak seorang nenek yang jalan dengan susah payah.  Tentu saja saya bingung, yang ada malah tangan diletakkan menyangga dagu.   Melamun!  Melamun memikirkan apa lagi yang akan saya tuliskan.

Lama juga melamun tapi ide tulisan tak kunjung datang.  Akhirnya saya berhenti dulu lalu bangun sejenak.  Yang pertama pasti meregang badan, menarik tangan ke atas kepala.  peregangan pendek itu cukup membuat badan saya kembali lemas.  Kemudian saya mulai melakukan langkah-langkah seperti ini :
  1. Baca buku sejenis atau buku-buku lainnya agar bisa menularkan ide segar ke dalam otak saya. cara ini lumayan membuat saya "jreng."  Setelah merasa cukup barulah saya kembali untuk meneruskan tulisan.  Biasanya tulisan akan kembali mengalir.  Bagaimana kalau mampet lagi dan jari-jari itu kembai mogok?  Saya akan mencari jalan kedua.
  2. Jalan kedua ini adalah menonton.  Tontonan apa saja yang saya lihat?  Apa saja akan saya lihat, yang penting bisa menenangkan pikiran dan sekaligus bisa menambah ide cerita.  Biasanya film kartun atau film anak lainnya banyak memberikan ide-ide baru lagi.  Kalau sudah merasa terhibur dan otak kembali segar, barulah saya menulis kembali.
  3. Cara lainnya adalah jalan-jalan ke luar rumah.  Bisa hanya dengan melihat-lihat tanaman hijau di halaman.  Atau jalan ke sekitar rumah.  Kalau mau agak jauhan ya ke mal terdekat buat cuci mata sekaligus cuci pikiran.
  4. Mendengarkan lagu juga cukup membuat kepala tentram (tapi jangan lagu metal yang kencueeng ya, nanti malah bikin pusing kepala hihi).  Kalau kepala sudah melunak (emang tahu ya?) baru ide biasanya muncul lagi.  kalau sudah muncul, maka segeralah menulis kembali.
  5. Bisa juga saya pindah tempat menulis, cari suasana yang lebih enak dan nyaman.  Biasanya saya menulis di kamar.  Bila bosan saya pindah menulis di ruang keluarga sambil mendengarkan lagu.  Atau jika sedang masak, saya akan pindah ke pojok dapur sambil memandangi kuali serta panci hehe.  Atau di mana saja tempat lainnya yang lebih nyaman, asal jangan di depan pagar rumah ya.
  6. Masih macet juga?  Biasanya kalau cara-cara di atas tidak mempan untuk membuat ide tulisan ke luar, saya akan mengambil jalan terakhir ini.  Tidur!  Ya tidur atau setidaknya istirahat selonjoran kaki akan membuat kita lebih rileks lagi.  Tidurnya tergantung masing-masing orang.  Mau tidur ayam (tidur-tiduran maksudnya) atau tidur kebo (tidur beneran dan lama hehe).  Tinggal pilih.  Kalau sudah bangun tidur dijamin kepala akan fresh kembali.  Maka lanjutkan tulisan.
Ini cara saya yang baru belajar menulis, temen-temen mungkin ada cara jalan dalam mengatasi ide yang tiba-tiba mampet ketika menulis.  Memang se tiap orang pasti akan berbeda.  Yang penting, apapun caranya tentu akan membuat kita terus menulis dan menulis.  Semoga manfaat...

No comments:

Post a Comment